10 Tips Dan Cara Biar Menjadi Istri Yang Shalihah

Blog Khusus Doa - Setiap laki-laki tentunya sangaat mendambakan istri yang sholehah, begitu juga bagi wanita itu sendiri, pasti ingin juga menjadi istri yang shalihah. Sebagai seorang suami pasti menginginkan istri yang shalihah yang bisa menjalankan segala kewajibannya dan memenuhi segala hak suami terhadap istrinya.

Memiliki istri yang shalihah bagaikan memperoleh kenikmatan di dunia, sebagaimana dengan hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amar bin Ash, Rasulullah SAW bersabda, “Dunia ini yakni kenikmatan, dan sebaik-baik kenikmatan dunia yakni wanita (istri yang shalihah),” (HR. Muslim dan Ahmad).

Agar seorang wanita bisa dikategorikan dan termasuk sebagai istri yang shalihah, berikut akan dijelaskan apa saja kasus yang harus dipenuhi. Silakan simak ulasan selengkapnya berikut ini :

  1. Selalu mendahulukan hak suaminya daripada hak orang lain termasuk hak dirinya sendiri.
  2. Senantiasa bersedia memberikan kenikmatan (termasuk kenikmatan seksualitas) kepada sang suami, terutama jikalau suami menginginkannya, terkecuali jikalau sedang haid dan mengalami nifas. Apabila istri menolak harapan suami tanpa alasannya yakni dan alasan yang diperbolehkan dalam aliran Islam, maka saat itu juga istri berdosa, bahkan dilaknat oleh malaikat. Sabda Rasulullah SAW mengatakan:
    “Apabila suami mengajak istrinya berhubungan, kemudian istrinya menolak (tanpa alasan yang dibenarkan), kemudian suaminya marah, maka istri itu dilaknat oleh malaikat,” (HR. Bukhari dan Muslim).
    Rasul juga mengatakan, “Apabila diajak oleh suaminya untuk berhubungan intim, maka istri harus memenuhi ajakan itu, meskipun ia sibuk di dapur,” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).

    Selain itu, Rasulullah juga memberikan pada haditsnya yang lain bahwasanya, “Apabila seorang istri tidur menjauh dari kawasan tidur suaminya (karena menghindari suami dsb), maka istri itu dilaknat oleh malaikat sampai pagi,” (HR. Bukhari dan Muslim).
  3. Tidak diperkenankan bagi istri untuk menjalankan puasa sunat tanpa seizin suaminya. Saat sang istri sedang berpuasa, sudah tentu suami dihentikan untuk menggaulinya, padahal hak bergaul yakni hak suami terhadap istrinya, hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
    “Tidak halal (tidak boleh) seorang istri berpuasa padahal suaminya ada di rumah, kecuali atas izinnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
  4. Tidak diperkenankan untuk seorang istri memberikan sesuatu dari dalam rumahnya atau mengeluarkan sesuatu dari dalam rumahnya tanpa izin dan sepengetahuan suaminya. Apabila ia melakukan hal tersebut, maka dosa yang akan didapat, sedangkan sang suami mendapat pahala. Tentunya yang menyangkut wacana hal-hal yang memang bernilai dan harus sepengetahuan suami.
  5. Sebagai seorang istri tidak diperbolehkan bepergian meninggalkan rumah, dan mencari nafkah (kerja) di luar rumah kecuali dengan izin suaminya.
  6. Sebagai seorang istri, harus memiliki sifat qana’ah ialah mendapat apa adanya segala kemampuan suami dalam hal mencari nafkah. Ia tidak boleh menuntut suaminya melebihi kadar kemampuan yang suami punya. Seorang istri yang shalihah harus senantiasa mengingatkan suaminya untuk mencari nafkah dari sumber yang halal jangan sampai terjerumus dan terjebak ke dalam pekerjaan yang haram. Kita sanggup mencontoh dari perkataan para istri salafusshaleh yang selalu memberikan mirip ini saat suaminya hendak meninggalkan rumah untuk mencari rezeki, “Hati-hati dan jauhi sumber-sumber rezeki yang haram, karena sesungguhnya kami bisa bersabar menahan lapar, tetapi kami tidak akan sanggup menahan api neraka.”
  7. Seorang istri diwajibkan untuk selalu menutup auratnya dan tidak memberikan kecantikannya kepada orang lain yang tidak berhak melihatnya. Membuka aurat, memakai pakaian mini (minim) dan memberikan bagian-bagian tubuh yang indah sangat jelaslah hukumnya haram. Diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata:
    “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh bagi seorang wanita membuka pakaiannya di rumah yang bukan milik suaminya, alasannya yakni apabila ia lakukan maka berarti ia membongkar auratnya sendiri serta menginjak-injak kemuliaan dan kehormatannya sebagai wanita (istri),” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Abu Daud).
    Hal ini berlaku pula bagi wanita yang mempertontonkan aurat dan cuilan tubuhnya yang tidak boleh dilihat orang lain di kolam-kolam renang, kawasan disko, dan sebagainya.
  8. Tidak diperkenankan seorang istri berkenalan dengan lawan jenis terutama sobat dari suami. Lebih baik hal mirip ini dihindari sebagai tindakan antisipatif dan sikap kehati-hatian biar tidak munculnya fitnah serta tidak membawa pada dosa kemaksiatan.
  9. Seorang istri yang shalehah tidak boleh bersikap sombong dengan membanggakan diri dengan kecantikannya kepada suaminya, atau menghina kejelekan suaminya (kalau fakta suaminya kebetulan buruk secara fisik). Tidak boleh pula berbangga dengan harta dan kekayaannya di hadapan suaminya. Mau bagaimanapun kondisi suami, ia tetap harus dihormati, dihargai, dijaga perasaannya, dilayani dengan sepenuh hati, dijaga kewibawaan dan kehormatannya.
  10. Istri yang shalehah harus memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap semua anak-anaknya. Mendidik dan membesarkan anak-anaknya dengan perasaan tanpa melakukan kekerasan yang kerap terjadi sekarang ini. Berusaha mendidik belum cukup umur dengan pendidikan Islam yang baik. Tidak mengajarkan anak-anaknya dengan perkataan bernafsu dan kotor. Orang renta yang baik hendaknya jikalau sedang ada masalah, jangan membicarakan permasalahan apalagi sampai bertengkar di depan anak-anaknya. Hal ini akan besar lengan berkuasa buruk pada belum cukup umur kelak sudah besar nanti. Ia akan mengikuti apa yang dulu orang tuanya lakukan.

Istri yang shalihah pula selalu ingat akan perjuangan dan kerja keras suami selama ini, jangan melupakan kebaikan suami dikarenakan sebuah kesalahan kecil yang dilakukan suaminya, apalagi sampai melaknat suami. Hal ini sangat tidak baik dan dilarang. Karena hal ini, penghuni neraka lebih banyak dari kaum perempuan. Ketika Rasulullah SAW menjalankan perintah isra’ dan mikraj, ia melihat dan menyaksikan bahwa kebanyakan penghuni neraka yakni dari kaum perempuan. Lalu ia ditanya apa sebabnya, maka ia menjawab:
“Karena wanita sering (suka) melaknat dan melupakan kebaikan suaminya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sumber https://doapendekmustajab.blogspot.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel